Jangan Ketuk Rumah Saya
source : google |
Bel rumah berbunyi, dan saya buru-buru ke depan untuk membuka pintu. Biasanya saya membuka pintu rumah hanya untuk menerima kiriman barang, tidak lebih dari 5 menit, dan mempersilahkan masuk orang-orang yang saya kenal saja yang sudah buat janji terlebih dahulu mau datang ke rumah. Namun, beberapa waktu belakangan ini, rumah saya didatangi oleh beberapa orang yang saya tidak kenal dan tidak buat janji sama sekali. Biasanya mereka ini datang sendiri, berdua ataupun bertiga. Penampilan rapi, sopan dan bersahaja. Tapi, tetap saya gak merasa nyaman dengan kedatangan orang-orang ini. Mereka menanyakan kabar, minta waktu sebentar untuk berbicara, sopan sekali. Saya pernah dengar cerita tentang orang-orang yang mengetuk pintu-pintu rumah ini sebelumnya. Mereka bukan sales, bukan penipu apalagi maling, tapi mereka ini Jehovah Witnesses. Beberapa kali saya jawab kalo saya sedang sibuk, anak saya lagi rewel terus menerus nangis di belakang, anak kucing maksud saya, atau kadang saya bilang aja saya lagi sibuk masak di dapur, gak bisa ditinggal takut hangus. Tapi mereka ini pantang menyerah, langsung bilang kapan saya ada waktu, bagaimana dengan besok, minggu depan, bla bla bla pokoknya ngotot dengan sopan minta waktu saya buat ngobrol, membuka pikiran saya tentang kebenaran katanya. Mungkin mereka pikir selama ini pikiran saya banyakan gak benernya 😏
Waktu ngobrol-ngobrol dengan seorang teman saya, akhirnya topik kami tentang orang-orang yang nyebelin. Kami sepakat mereka yang semangat 45 mendatangi rumah-rumah untuk menyiarkan kepercayaan mereka adalah orang-orang yang paling mengganggu dan menyebalkan. Anehnya, teman saya ini tetap mempersilahkan mereka masuk, sudah dua kali pertemuan, satu kali seminggu, akhirnya teman saya ini berbicara dengan mereka. Lebih tepatnya mendengarkan mereka berbicara. Alasan teman saya ini adalah dia pengen tau apa sih yang diajarkan sama mereka, karena aliran ini tidak begitu familiar, jadi buat nambah pengetahuan aja. Saya pikir-pikir sih ada betulnya apa yang dikatakan teman saya ini. Kenapa gak mempelajari hal baru yang bisa menambah wawasan. Hmmm, Ok, akhirnya saya buat janji dengan teman saya ini, kalo minggu depan saya akan datang kerumahnya, karena saya juga pengen tau apa sih yang disampaikan Jehovah Witnesses ini, hanya sekedar pengen tau. Kami sepakat kalo teman saya hanya akan bilang kalo ada temannya mau berkunjung untuk sekedar ngobrol-ngobrol santai.
Jam 9 pagi, saya sampe ke rumah teman saya. Dia mempersilahkan saya masuk. Di dalam rumah sudah ada dua orang perempuan paruh baya yang masih cantik di usia nya, rapi, bersahaja, sopan sekali, hangat dan friendly. Namanya Lisa dan Anna. Sudah menjelajah keliling duna, educated, mapan, dan pintar. Diawal-awal kami hanya mengobrol santai tentang pengalaman saya tinggal di Australia, bagaimana beradaptasi disini, dan hal-hal ringan lainnya. Sekitar setengah jam kemudian, mulai lah mereka berbicara tentang penderitaan manusia di dunia, bagaimana mengatasi itu semua dan mendapatkan kebahagian. Semuanya itu akan didapat ketika kita dekat dengan Tuhan, yang mereka sebut dengan Jehovah, dan mau menjadi Jehovah Witnesses. Langsung mereka membuka ayat-ayat dari Bibble yang ada di Ipad mereka masing-masing. Membacakan ayat-ayat di dalamnya. Tau saya dari Indonesia, Lisa langsung menunjukan ayat-ayat Bibble dalam bahasa Indonesia. Saya merasa risih, dari percakapan santai dan hangat menjadi percakapan serius soal agama. Mereka juga tidak menanyakan terlebih dahulu apa saya punya agama? Atau apa agama yang saya anut sekarang?
Intinya yang saya tangkap dari obrolan singkat kami, Jehovah Witnesses ini bukan agama kristen. Sama-sama punya Bibble sebagai kitabnya, tapi ajarannya berbeda. Mereka mempercayai satu Tuhan yaitu Jehovah, dan ajaran Kristen yang selama ini diajarkan di gereja-gereja adalah tidak sesuai dengan ajaran mereka karena itu menimbulkan penderitaan bagi manusia. Jehovah Witnesses tidak menjelek-jelekkan agama manapun, mereka hanya menyiarkan apa yang menurut mereka kebenaran dari Tuhan melalui Bibble kitabnya yang menurut mereka sudah banyak mengalami modifikasi oleh manusia, oleh gereja. Saya sih tidak paham tentang agama yang menjadikan Bibble sebagai kitabnya, dan saya juga tidak tau apakah yang ayat-ayat yang ditunjukkan kepada saya memang Bibble. Jadi saya tidak bisa komentar, saya hanya mendengarkan saja apa yang disampaikan Lisa dan Anna tadi dari sisi mereka, sambil terkadang melemparkan pertanyaan yang mengganjal di pikiran saya tentang aliran ini, dan akhirnya saya mengambil kesimpulan saya tidak tertarik dengan apa yang disampaikan oleh mereka-mereka ini dan tidak mau melanjutkan ke pertemuan berikutnya. Saya dan Lisa sempat bertukar nomor telepon karena mungkin dia bisa melihat saya uda mulai malas-malasan dengan apa yang disampaikanya bersama temannya. Dia mau kami bisa bertemu lagi dan jika saya mau mereka bisa datang juga kerumah saya, yang tentu saja saya tolak secara halus dan tegas. Saya cuma bilang terima kasih atas waktunya yang menyenangkan, kalian mengajarkan saya ilmu baru yang tidak saya tau sebelumnya. Tapi, saya tidak tertarik untuk belajar lebih dalam tentang agama kalian. Dan, tentunya mereka tidak gampang menyerah begitu saja. Mereka malah menanyakan apa yang menyebabkan saya berubah pikiran, silahkan bertanya jika ada yang mengganjal, agar kita semua selamat dari neraka dunia. Alamak. Saya malah takut. Akhirnya saya buru-buru meninggalkan rumah teman saya itu dengan alasan ada janji mau ke dokter. Terserah deh mereka mau percaya atau gak, karena saya serem kalo ada orang yang ngotot mau menyampaikan sesuatu, berasa dikelilingi sales peralatan dapur.
Bagi saya, apapun agama dan kepercayaan kita haruslah membuat kita nyaman dan tenang menjalaninya, tulus dan ikhlas tanpa paksaan. Dan yang paling penting bisa membawa kita menjadi manusia yang lebih baik lagi. Tapi, untuk menerima kedatangan Jehovah Witnesses ini kerumah saya, atau mempelajarinya lebih dalam lagi, saya sih NO.
Bagi saya, apapun agama dan kepercayaan kita haruslah membuat kita nyaman dan tenang menjalaninya, tulus dan ikhlas tanpa paksaan. Dan yang paling penting bisa membawa kita menjadi manusia yang lebih baik lagi. Tapi, untuk menerima kedatangan Jehovah Witnesses ini kerumah saya, atau mempelajarinya lebih dalam lagi, saya sih NO.
Comments
Post a Comment