Tentang Memiliki Anak

Bagi pasangan yang sudah menikah, memiliki anak tentulah hal yang sangat dinantikan bagi pasangan itu sendiri, keluarga terutama orang tua yang kadang lebih exited untuk segera memiliki cucu. Saya yang baru menikah ini pun tidak luput di bombardir dengan pertanyaan kapan punya anak? Kok belum punya anak? Jangan ditunda-tunda hamilnya mitosnya ntar susah dapat anak, bagi pasangan yang telat menikah seperti saya ini (usia rata-rata teman saya menikah 25 tahun atau setelah lulus kuliah) harus ngebut biar secepatnya punya anak, ingat umur sudah tidak muda lagi, melahirkan di usia 30an ntar resikonya besar, usia anak ntar terpaut jauh, anak masih kecil saya keburu tua dan lain lain yang kadang suka gemes sendiri dengarnya. 

Saya tau, bagi keluarga dan teman-teman saya itu merupakan wujud perhatian mereka ke saya. Sekali dua kali saya masih mau mendengar dengan lapang hati, tapi kalau terus-terusan itu melulu yang dibahas waktu ketemuan atau ngobrol santai di telepon rasanya nyebelin juga. Saya dan suami saya bukan tipe pasangan yang mentargetkan memiliki anak segera setelah menikah, saya termasuk golongan sebagian kecil perempuan yang memang merencanakan kapan waktunya punya anak, karena saya tau apa yang saya mau buat diri saya dan keluarga kecil saya nantinya. Masih banyak hal-hal yang ingin saya lakukan sebelum saya memutuskan YA saya sudah siap untuk memiliki anak. Ditambah dengan lingkungan baru tempat tinggal saya sekarang ini dimana sangat berbeda dengan lingkungan dimana saya dilahirkan dan dibesarkan.  

Umur saya memang sudah tidak muda lagi, tapi saya percaya jika Tuhan memberikan saya dan suami rejeki untuk memiliki anak, saat itu akan tiba dan tidak ada yang bisa menghalanginya. Kalaupun karena menunda memiliki anak saat ini menyebabkan saya sulit atau kemungkinan terburuk tidak bisa memiliki anak saya juga sudah mengikhlaskan mungkin itu yang terbaik untuk hidup saya. 

Saya berprinsip hidup cuma sekali, ya memiliki anak merupakan kebahagiaan dan kebanggan bagi pasangan yang telah menikah, tapi untuk bahagia bukan hanya karena memiliki anak. Ada atau tidak ada anak dalam kehidupan saya dan suami tidak merubah kebahagiaan kami yang telah ada, karena kami sudah sepakat bahwa anak bukanlah hal yang mutlak harus ada dalam perkawinan kami. Kami akan sangat bersyukur jika dikarunia anak nantinya, tapi kami juga akan tetap bersyukur jika kami hanya hidup berdua kedepannya. Setiap orang memiliki pemikirannya sendiri tentang hidupnya, ada baiknya kita menghargai pilihan hidup orang lain, tidak perlu terlalu repot mempermasalahkan kenapa begini kenapa begitu. Berusaha saja memperbaiki hidup sendiri menjadi lebih baik daripada komen ini itu yang malah merusak kebahagiaan orang lain. Toh, kita hidup di dunia ini tidak harus melulu sama jalan pikiran dan pilihan hidupnya kan ;)

Comments

Popular Posts